Cintai Dirimu, Manusia Sekelilingmu dan Takdirmu – Implementasi Aktualisasi Diri Maslow

Hai teman-teman! Kami kembali lagi setelah berminggu-minggu gak nulis sejak tulisan terakhir rilis wkwk. Maklum, kami sibuk, atau tepatnya (sok) sibuk wkwkw. Jadi, apa yang terlintas di benak kalian saat membaca judul? Sudahkah kalian melakukan ketiga hal itu? Apakah itu perlu? Seurgent apa? Teorinya Maslow (anak psikologi mungkin gak asing lagi yah sama nama ini) akan menuntunmu perlahan menuju pemenuhan ketiga hal tersebut, menuntunmu ke sebuah tingkat kebutuhan yang kayaknya nih semua umat manusia harus punya dan sampai ke kebutuhan ini supaya dunia menjadi nyaman dan menyenangkan :D topiknya agak berat, so pelan-pelan bacanya ya, kita menyelam pelan-pelan. happy reading! :D

Abraham Maslow. Salah satu tokoh aliran psikologi yang pemikirannya sangat dipengaruhi dengan kondisi dan lingkungannya. Maslow adalah satu-satunya anak Yahudi yang tinggal di perkampungan Anti-Yahudi, hal itu membuat kehidupan dan lingkungan pergaulannya cukup sulit dan sempit, selain itu, lahir di keluarga yang kurang harmonis membuatnya mengatakan bahwa hidupnya tidak bahagia, “Saya tumbuh di ruang-ruang perpustakaan di antara buku-buku hampir tanpa teman”

Hidup sepi yang kemudian mulai berubah ketika ia bertemu dan menikah dengan Bertha. Kemudian semakin berubah dengan baik ketika anak pertama hadir di tengah-tengah mereka. Awalnya, Maslow merupakan seorang penganut aliran bahavior, tapi semakin belajar dan tumbuh, ia mengkritik aliran sebelumnya yakni Freud dan Behaviour dengan aliran psikologi humanistiknya yang baru. Baginya, aliran psikologi yang lain tidak menyentuh hal-hal spiritual dan tidak menyertakan nilai luhur manusia. Maslow adalah seseorang yang sadar dengan potensi dan nilai luhur tiap manusia, bagi Maslow, manusia bisa menjadi manusia utuh yang terintegrasi dengan penuh dengan potensi yang ia miliki di dalam dirinya sendiri. Hal itu lebih objektif dijelaskan dalam teorinya yang terkenal, yakni teori piramida kebutuhan dengan puncaknya yakni Aktualisasi diri. 


Teori kebutuhan maslow didasarkan atas keinginan manusia untuk memenuhi apa yang ia butuhkan selama manusia itu hidup, kebutuhan itu meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan puncaknya aktualisasi diri. Konsep kerjanya ialah ketika kita bisa memenuhi lima kebutuhan itu satu persatu. Yang pertama, fisiologis yang meliputi  makan, minum, dll. Kemudian apabila fisiologis sudah dirasa cukup, maka kebutuhan selanjutnya ialah rasa aman, yakni rasa aman yang kita dapatkan di lingkungan yang kita tempati saat ini, rasa aman yang dibutuhkan manusia dalam proses mencari kebutuhan fisiologis itu dan rasa aman untuknya dalam menjalani hidup. Begitupun hingga satu persatu dari kebutuhan itu terpenuhi hingga mencapai puncak dari teori kebutuhan itu sendiri. Dalam mencapai kepuasan kebutuhan, satu persatu kebutuhan itu harus dilewati dengan rasa puas, tidak perduli seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewati, kalau jenjang dibawah mengalami ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang dikehendaki. Dan rasa puas itu bersifat subjektif, tergantung dari tiap individu yang menjalaninya, oleh karenanya konsep bersyukur yang harus individu miliki sangat penting di sini. Penjabaran dari satu teori ini sangat kompleks, rasanya sangat tidak cukup jika dijelaskan dengan satu paragraf saja. Dalam teori maslow, ada sebuah kebutuhan puncak yang dinamakan dengan aktualisasi diri. Menurut maslow, manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini akan menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. Lalu, timbul di benak kami tentang, manusia utuh itu sebenarnya manusia yang bagaimana? Apasih wujud nyata bahwa seseorang sudah mengaktualisasikan dirinya? 

Aktualisasi diri adalah ketika kamu menyadari bahwa dirimu ada (exist). Lalu setelah kita ada (exist) lalu apa? Kita menyadari bahwa orang lain juga sama adanya. Orang lain juga hidup. Maka poin penting di sini adalah diri sendiri, orang lain, dan juga sosok yang membuat dua hal yang disebutkan sebelumnya ada. Awalnya penulis mengartikan bahwa aktualisasi diri adalah ketika seseorang bisa memanusiakan manusia di sekitarnya, tapi ternyata setelah dipelajari dan didiskusikan, aktualisasi diri lebih dari itu. Sebuah teori yang membuat penulis tercengang sangking kerennya, sebuah teori yang kemudian membuat penulis menjadikan Maslow sebagai salah satu tokoh psikologi favoritnya. 

Aktualisasi diri adalah ketika kita bisa mewujudkan apa yang kita inginkan tanpa terpengaruh lingkungan sekitar dan bebas memutuskan apapun yang kita mau sesuai dengan passion kita. 

Aktualisasi diri adalah ketika kita bisa menjadi manusia yang spontan, sederhana dan wajar, manusia yang tidak tergerus zaman dengan ikut-ikutan, manusia yang tidak lari dari masalah, tidak cari masalah dan siap menghadapi masalah. 

Aktualisasi diri adalah ketika kita bisa terbuka dalam menerima segala perbedaan, menjadi diri sendiri yg kreatif dan original karena tiap manusia unik dengan versinya masing-masing serta membebaskan orang lain, yang artinya tidak menyakiti orang lain sebagai wujud menjadi manusia yang bermoral, memiliki kepekaan etis terhadap orang disekitar, memanusiakan manusia, itu bahasa kerennya. 

Aktualisasi diri adalah ketika kita bisa mencintai diri sendiri, menerima orang sekitar kita dengan baik dan kodrat yang sudah ditetapkan untuk kita. Bagaimana bisa kita mencintai orang lain tanpa mencintai diri sendiri? Mungkin bisa, tetapi tidak akan utuh, karena kita mungkin hanya akan menjadi manusia hampa yang menurut penulis ialah “tokoh pembantu” dalam hidup, bukan sebagai “pemeran utama” dalam kehidupan ini. 

Berapa banyak dari kita mengejar kepuasan di bawah tingkatan teratas dan stuck di sana karena rasa puas yang minim, selalu merasa kurang, hingga tidak sadar bahwa ada kebutuhan yang lebih penting dari kebutuhan tingkat pertama sampai keempat itu? Kebutuhan yang apabila manusia telah bisa mencapainya maka manusia akan memiliki kehidupan tenang dan bahagia. Yang di dalam ranah tasawuf dinamakan sebagai Kasyaf Musyahadah. Keren bukan? 

Jangan hidup di masa lalu yang membuatmu terkungkung dengan kesedihan dan perasaan bersalah ataupun hidup di masa depan yang membuatmu terkungkung dengan perasaan cemas dan memikirkan segala hal buruk yang hanya ada di kepalamu saja. Tapi hiduplah di masa kini. Cintai dirimu dengan melakukan hal yang membuat fisik dan mentalmu sehat dan bahagia, terima orang di sekitarmu dengan memanusiakan mereka, dan cintai takdirmu, cintai semua ketetapan yang Ia berikan sebagai suatu garis takdir yang pasti itu merupakan suatu yang baik. Meski sedih, meski kecewa, meski menyebalkan, terima takdirnya, terima ketetapannya. Maka dirimu akan mencapai puncak dari segala puncak kebutuhan manusia yakni Aktualisasi Diri.
 
Jadi, jika dilihat dari piramida kebutuhan Maslow, kamu sudah di tingkatan yang ke berapa? Sudahkah kamu menjadi manusia yang mengaktualisasikan dirinya? 



By Muhammad Nugroho Suryo Utomo dan Rena Andria Rahma



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seseorang yang Gak Setia, Apa Benar Harus Disebut Dengan Buaya?

‘Sesuatu’ di Malam Jumat Kliwon